MAKASSAR, SULSELNET.COM – Pengamat Politik asal Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing angkat bicara terkait situasi politik nasional saat ini menyusul adanya isu penumpang gelap di kubu Calon Presiden dan Wakil Presiden, Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019 lalu.
Dia mendorong agar identitas penumpang gelap diungkap terang benderang ke publik.
“Kalau memang ketahuan penumpang gelap bongkar saja, sebut saja. Tetapi kalau mereka tidak mau menyebutnya justru yang menyatakan itu jadi pertanyaan kita. Kenapa tidak diungkapkan itu. Jadi membuat masyarakat jadi bingung,” ujarnya Emrus saat dikonfirmasi via telepon selulernya, Sabtu (10/8/2019).
Menurutnya, jika saja identitas penumpang gelap tak diungkap atau masih ditutup-tutupi, maka oknum terkait dianggap bagian dari pihak yang ingin memperkeruh kondisi nasional.
“Orang yang mengatakan adanya penumpang gelap tidak menyebut nama berarti dia ikut memperkeruh suasana politik. Jadi kita dorong dia menyatakan itu, tetapi jika tidak menyebut (nama penumpang gelap) itu dialah yang memperkeruh suasana politik. Jadi janganlah mengungkapkan diksi-diksi pilihan kata yang bisa menimbulkan persepsi publik menjadi kacau. Harusnya mereka memberikan pendidikan politik yang baik ke masyarakat,” pungkas Emrus melanjutkan.
Meski identitas penumpang gelap belum diungkap, akan tetapi dia mendefinisikan jika penumpang gelap itu merupakan pihak yang ingin memanfaatkan kekuatan politik untuk kepentingan segelintir orang atau pribadi.
“Kalau kita defenisikan penumpang gelap adalah mereka-mereka yang memanfaatkan kekuatan politik untuk kepentingan politiknya. Biasanya penumpang gelap itu ada di belakang panggung dan biasanya mereka tidak menunjukkan identitas dirinya dalam konteks perjuangan politik,” tuturnya.
“Tetapi mereka (penumpang gelap) bisa menjadikan situasi politik itu melalui tangan-tangan mereka para politisi di lapangan,” tandas Emrus menambahkan.
Dikutip dari NEWS.DETIK.COM, Kabar soal penumpang gelap ini datang dari Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Sufmi Dasco Ahmad.
Hanya saja Dasco enggan menjelaskan secara detail siapa yang dimaksud penumpang gelap itu. Dia hanya menjelaskan para penumpang gelap ini disebut kecewa atas tindakan Prabowo yang melarang pendukungnya berdemo ke Mahkamah Konstitusi (MK) saat sidang sengketa Pilpres 2019.
“Pertama, di MK. Itu tidak disangka dan diduga Prabowo akan umumkan ke pendukungnya untuk tidak melakukan demo, nggak datang ke MK agar nggak terjadi hal-hal nggak diinginkan. Itu di luar banyak dugaan orang itu namanya penumpang gelap,” sebut Dasco.
Dasco mengatakan setelah sidang MK itu pun masih ada orang yang berusaha menghasut Prabowo. Dasco menyebut orang itu ingin Prabowo mengorbankan para ulama dan emak-emak.
“Sesudah MK masih ada tuh, ada yang ngomong sama Prabowo, ‘Pak, kalau mau rakyat marah, ulama dan emak-emak disuruh ke depan biar jadi korban rakyat marah.’ Prabowo pikir, ‘Emang gue bodoh? Kan kasihan emak-emak, ulama mau dikorbankan,'” ujar Dasco.
Kemudian, menurut Dasco, Prabowo merancang tindakan yang semakin membuat para ‘penumpang gelap’ itu gigit jari dan kecewa. Tindakan yang dimaksud Dasco adalah pertemuan dengan Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Stasiun MRT.
“Untuk keutuhan NKRI, bukan mau minta menteri. Dirancanglah pertemuan rekonsiliasi secara diam-diam, senyap, tiba-tiba untuk persatuan bangsa ketemulah dua tokoh itu di MRT,” ujarnya.
Persaudaraan Alumni (PA) 212 adalah salah satu pihak non-parpol yang bersama Prabowo-Sandi di suasana Pilpres 2019 kemarin. PA 212 tak merasa menjadi penumpang gelap seperti yang dimaksud Gerindra.
“Jadi kami yakin yang dimaksud Gerindra bukan kalangan kita dan ulama,” kata Ketum PA 212 Slamet Maarif kepada wartawan, secara terpisah.
Slamet menegaskan perjuangannya bersama Prabowo pada Pilpres 2019 bukan semata-mata demi kekuasaan. Dia mengaku berjuang untuk menegakan keadilan.
Harus ditanyakan ke beliau penumpang gelap itu siapa? Kalau kita kan berjuang bersama PS bukan untuk cari jabatan, kami berjuang untuk melawan kezaliman dan ketidakadilan. Dan arah kita sudah jelas lewat Ijtimak Ulama 4,” ujar dia. (**)