MAKASSAR, SULSELNET.COM- Di tengah perkembangan teknologi informasi saat ini telah menjadi keharusan bagi setiap negara untuk menyesuaikan. Terlebih khusus saat ini kita telah memasuki teknologi industri 4.0 yang menitikberatkan kolaborasi antara teknologi cyber dengan teknologi otomatisasi. Selain itu di era ini sangat memungkinkan tenaga kerja dalam jumlah besar digantikan oleh penggunaan mesin teknologi atau yang lebih kita kenal dengan robot. Sempat viral beberapa waktu lalu bahwa kiamat PNS kian nyata dan akan digantikan oleh robot. Lalu bagaimana dengan tugas PNS terkhusus seorang Asesor SDM aparatur? Apakah memungkinkan pekerjaannya digantikan oleh robot? Mari kita analisa faktor keuntungan dan kerugiannya
Artificial Inteligence (AI)
Salah satu teknologi yang di kembangkan di revolusi industri 4.0 ini adalah Artificial Inteligence yaitu sebuah teknologi komputer maupun sebuah mesin yang memiliki kecerdasan layaknya seorang manusia. Jika teknologi ini dimanfaatkan dan dikembangkan secara khusus untuk menggantikan tugas seorang Asesor SDM Aparatur tentunya lambat laun jumlah Asesor SDM Aparatur akan berkurang bahkan habis. Pada teknologi ini akan diciptakan semacam rekayasa kecerdasan pada robot menyerupai tingkah laku dan otak seorang Asesor manusia. Namun jika kita analisa dari beban tugasnya mengingat dalam pelaksanaan penilaian kompetensi dengan menggunakan metode Assessment Center peran Asesor sangatlah berat dan besar. Jika mekanisme robotik yang dikembangkan dalam proses in take data, maka diperlukan perencanaan yang betul-betul matang untuk menciptakan sebuah robot menyerupai asesor manusia untuk menggantikan tugasnya.
Asesor Manusia
Sejalan dengan pelaksanaan tugasnya sebagai penilai potensi dan kompetensi dalam pelaksanaan asesment tentunya menjadi beban tugas yang cukup berat bagi seorang asesor khususnya dalam memberikan gambaran kompetensi dari seorang asesi. Tugas dari seorang asesor tentunya terbilang sulit karena harus melalui 3 tahapan yaitu pra asesment, pelaksanaan asesment dan pasca asesment. Semua tahap ini perlu dikerjakan secara teliti serta cermat karena jika terjadi miss sedikit saja akan berdampak fatal terhadap hasil penilaian. Sebut saja pada saat pelaksanaan pra assessment akan dilakukan perancangan simulasi penilaian dan jika simulasi disusun dengan tidak menyesuaikan pada kondisi calon asesi maka akan sulit bagi asesi untuk mencerna dan mengerjakan simulasi tersebut. Begitu pula pada tahap pelaksanaan asesment dan juga pasca asesment jika asesor kurang teliti dan hilang fokus dalam proses pengerjaannya maka akan memberikan kerugian yang besar kepada para asesi. Tugas terberat dari asesor adalah menggali sedetail mungkin kompetensi yang dimiliki oleh para asesi dengan sistem yang telah terpola serta pijakan penilaian yang jelas sehingga mau tidak mau seorang asesor harus lebih mempersiapkan fisik dan mental setiap pelaksanaan asesment. Dalam pelaksanaan asesment mungkin dapat dikatakan asesor manusia membutuhkan waktu yang cukup lama dalam menyelesaikan seluruh rangkaian kegiatan asesment hingga terbit hasil penilaian dari para asesi namun itu terbayarkan dengan hasil penilaian yang akan lebih detail dan teliti. Disamping itu setiap pelaksanaan tugas tentunya akan selalu memiliki kekurangan dan kelebihan apalagi pelaksanaan tugas-tugas yang dilaksanakan oleh manusia tentunya selalu ada potensi kesalahan walaupun kemungkinannya kecil.
Gambaran Asesor Robot Jika Dilibatkan dalam Pelaksanaan Asesment
Sesuai dengan tahapan dalam pelaksanaan penilaian potensi dan kompetensi akan dimulai dengan tahapan psikotes, kemudian ada penggunaan beberapa simulasi dan terakhir wawancara berbasis kompetensi. Pada tahapan psikotes tentunya masih memungkinkan tugas seorang Asesor SDM Aparatur digantikan oleh Asesor Robot karena jawaban-jawaban yang diberikan oleh Asesi akan diperiksan secara otomatis oleh chip sistem yang telah ditanamkan di robot. Namun jika sampai pada tahap penilaian kompetensi melalui simulasi dan wawancara kompetensi sepertinya masih sulit untuk menemukan formula yang cocok jika tugas asesor manusia digantikan oleh robot disini. Mengapa? Karena jawaban-jawaban yang diberikan oleh seorang asesi pada saat simulasi dan wawancara kompetensi itu sangat beraneka ragam. Dan untuk menciptakan robot yang dapat merespon setiap jawaban asesi tersebut sangat sulit karena diperlukan chip yang didalamnya telah berisi big data respon asesi. Namun terkait respon asesi, inilah yang sulit untuk ditebak sehingga dalam penyajian big datanya akan sulit. Inilah salah satu yang menjadi kelemahan asesor robot.
Selain itu dalam pelaksanaan wawancara berbasis kompetensi juga akan sulit jika menggunakan asesor dalam bentuk robot. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa di wawancara berbasis kompetensi ini terdapat pertanyaan pemicu maupun pertanyaan probing. Untuk pertanyaan pemicu bisa saja asesor robot masih mampu menyesuaikan karena sifatnya hanya pertanyaan pembuka. Namun ketika akan dilakukan pertanyaan probing atau pertanyaan lanjutan yang lebih mendalam dari jawaban asesi tentu sangat sulit karena ini responnya bersifat spontanitas dan bukan tersistem. Sehingga menurut saya terkait pelaksanaan tugas dari seorang Asesor SDM Aparatur akan sulit digantikan oleh robot. Untuk dikombinasikan masih memungkinkan namun untuk kegiatan yang sifatnya membutuhkan respon yang bersifat situasional tentunya robot akan sulit menyesuaikan dengan itu.
Eksistensi Asesor Manusia dan Asesor Robot di Masa yang Akan Datang
Lantas bagaimana eksistensi asesor manusia dan asesor robot di masa yang akan datang? Apakah suatu hal yang mustahil jika menghadirkan asesor robot dalam penunjang kegiatan asesment? Atau justru tetap asesor manusia yang masih akan tetap eksis untuk melakukan rangkaian kegiatan asesment. Jika dilakukan kajian menurut penulis untuk menghadirkan asesor robot di masa yang akan datang untuk melakukan penilaian asesment bukanlah suatu keniscayaan. Karena mengingat era saat ini pada revolusi industri 4.0 yang menuntut semua pekerjaan manusia akan lebih banyak dilakukan otomatisasi. Robot tidak harus diartikan sebagai sebuah benda yang menyerupai manusia dan melaksanakan tugas tertentu. Namun robot dapat berbentuk sistem informasi maupun pendukung teknologi lainnya. Menurut penulis di masa yang akan datang asesor manusia maupun asesor robot bukanlah 2 hal yang akan saling membunuh melainkan 2 hal yang akan saling berkolaborasi. Kedepan penulis membayangkan asesor robot meskipun tidak dapat melaksanakan tugas sedetail dan serinci manusia namun asesor robot dapat menjadi pendamping dalam pelaksanaan asesment. Seperti untuk pelaksanaan simulasi role play, asesor robot dapat menjadi role player untuk mendukung pelaksanaan asesment. Kemudian saat ini juga sudah berkembang metode Virtual Reality (VR) yang dapat dimanfaatkan khususnya dalam simulasi sehingga asesi seolah-seolah langsung menghadapi situasi nyata di hadapannya. Kemudian dari data memaksimalkan robot dalam membangun big data asesment sangat memungkinkan apalagi data-data yang dihasilkan setelah pelaksanaan asesment sangat detail dan banyak sehingga membutuhkan big data untuk bisa mengelola data tersebut dimana asesor manusia masih terbatas untuk melakukan itu. Kemudian kolaborasi lain antara asesor manusia dan asesor robot juga dimasa yang akan datang menurut penulis yaitu dapat dilakukan fast asesment dengan memanfaatkan Artificial Inteligence (AI) sehingga proses asesment akan lebih sempurna dalam artian cepat, teliti dan hasil yang akurat. Kemudian penempatan asesor robot dalam penilaian potensi dan kompetensi menurut penulis juga lebih cocok difokuskan pada bagian tahapan awal seperti registrasi dan psikotes. Karena ini sifatnya tersistem. Dan untuk pelaksanaan penilaian kompetensi, asesor manusia masih sangat efektif untuk dimanfaatkan karena disini dibutuhkan analisis yang mendalam dari jawaban-jawaban asesi yang luas dan bermacam-macam. Dan untuk memberikan penilaian yang tidak terduga-duga seperti ini hanya manusia lah yang dapat melakukannya.
Namun ketika kita membicarakan anggaran khususnya pengadaan robotik ini bukanlah sebuah anggaran yang kecil. Ini merupakan sebuah kemajuan teknologi besar dan negara kita masih kesulitan untuk dapat menyesuaikan dengan pola tersebut. Seperti yang telah saya sampaikan tadi untuk menggantikan maupun mengkolaborasikan Asesor SDM Aparatur dengan sebuah robot dibutuhkan robot yang bukan hanya sembarang robot tetapi robot yang betul-betul dapat merespon secara spontan jawaban-jawaban asesi. Untuk menciptakan robot yang seperti ini dibutuhkan chip ataupun otak robot yang super-super canggih dan tentu ini sangat membutuhkan biaya yang besar. Sehingga penulis menyimpulkan bahwa asesor manusia maupun asesor robot kedepannya lebih kearah tim kuat yang saling melengkapi dan saling berkolaborasi dalam pelaksanaan asesement.
Kita kembalikan lagi kepada perhitungan untung dan ruginya. Jika biaya pengadaan robot tersebut lebih besar jika dibandingkan harus membayarkan gaji seorang asesor manusia, lalu untuk apa menggantikan atau mengkolaborasikan tugasnya dengan seorang robot. Penyesuaian penggunaan robotik memang sangat diperlukan saat ini namun hal tersebut membutuhkan sebuah perencanaan yang matang sebelum diterapkan. Jangan sampai ketika memutuskan mengganti dan mengkolaborasikan Asesor SDM Aparatur dengan Asesor robot justru menjadi kecelakaan kebijakan. Karena prinsip dasar dari lahirnya sebuah sistem aplikasi atau teknologi baru yaitu untuk memudahkan pekerjaan manusia bukan justru mempersulit. Selain itu mengingat pengadaan robot ini membutuhkan anggaran yang sangat besar sehingga sangat rawan terhadap potensi korupsi. Ada baiknya anggarannya dialihkan untuk program-program vital yang lebih bermanfaat. Kedepannya mari kita lihat perkembangan penggunaan robot di negara ini. Apakah sifatnya kombinasi, atau justru menggantikan tugas manusia.
Penulis: Andi Adiyatma, S.STP, M.A.P.
Asesor SDM Aparatur Ahli Pertama Prov. Sulsel.